Titrasi kompleksometri adalah
titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat
pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan
dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat
(dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan
perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:
M++ + (H2Y)= (MY)= + 2 H+
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+
M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
(Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang
dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau
molekul netral.
(Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas,
dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti
yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut
ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan
salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan
seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam
1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen - penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang
dalam molekul.
(Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar
ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang
agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna
kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa
ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan
menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.
(Harjadi, 1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr,
dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri
mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja
kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri.
Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini
contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange;
calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan
calcein blue.
(Khopkar, 2002).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia
adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang
mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk
senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk
nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam
titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion
logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu.
(Rival, 1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna
sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion
logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu
reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua
ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua,
reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak,
karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima,
kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus
sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion
logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan
titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T.
Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi
hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan
penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik
oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks
yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut
dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai
dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak
tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan
menggunakan larutan kadmium.
(Harjadi, 1993).
M adalah kation (logam) dan (H2Y)= adalah garam dinatrium edetat.
Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation
dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada
larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya
logam hidroksida.
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang
dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara
indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara
larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang
berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan
dalam titrasi kompleksometri adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5
senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati,
demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada
pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana
alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada
titrasi dalam suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan
menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang
dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk
senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk
senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks
disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor
pasangan elektron.
Mn+ + : L (M : L)n+
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) merupakan ligan yang mempunyai lebih
dari satu tempat untuk berikatan. Rumus molekul zat tersebut dinyatakan sebagai
berikut:
HOO-CH2 CH2-COOH
N- CH2- CH2 N
HOOC-CH2 CH2-COOH
EDTA ini dapat membentuk lingkaran yang menjepit ion logam dan senyawa yang di
hasilkan disebut sepit (chelate)
HOO-CH2 CH2-COOH
N- CH2- CH2 N
CH2 CH2
C- O- M- O- C
O O
Bentuk asam dari EDTA dapat ditulis sebagai H4Y
Jika asam ini dapat direaksikan dengan basa, misalnya NaOH, akan di netralkan
dalam berbagai tingkatan menjadi H3Y-, H2Y2-, HY3-,dan akhirnya Y4-.
Asam yang bebas H4Y dan gsram NaH3Y tidak cukup larut dalam air, sedangkan
NaH2Y melarut dengan baik dalam air. Selama titrasi ion logam dengan Na2H2Y
selalu terjadi ion hidrogen.
Mg2+ + H2Y2- MgY2- + 2H+
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
Al3+ + H2Y2- AlY- + 2H+
Secara umum dapat ditulis:
Mn+ + H2Y2+ MY(n-m)+ 2H+
Oleh karena terbentuknya ion H+ selama titrasi, maka untuk mencegah perubahan
pH harus dipergunakan larutan penyangga.
Dari reaksi diatas terlihat bahwa ion logam bereaksi dengan EDTA denagan
perbandingan molar 1: 1.
Suatu hal penting dalam perkembangan titrasi EDTA, yaitu penemuan indikator
logam, yang memungkinkan titrasi ini dilakukan dalam larutan untuk konsentrasi
yang sangat encer.
Saat ini dikenal berbagai macam indikator logam antara lain Erichrome Black T
(Selechrome Black/ EBT/ Erio T). Struktur indikator ini adalah sebagai berikut:
OH OH
-O3S - N= N-
NO2
Indikator ini dapat membentuk kompleks bewarna hampir semua logam. Erio T
adalah asam berbasa tidak yang dapat ditulis sebagai berikut:
H2Ind Hind2- Ind3-
Merah pH 5,3- 7,3 Biru pH 10- 11 Jingga
Pada pH Hind2- berwarna biru. Bentuk indikator ini bereaksi dengan magnesium
membentuk kompleks yang berwarna merah. Kompleks Mg Ind lebih lemah dari pada
MgY2- . Dengan demikian Mg dari Mg Ind membetuk kompleks MgY2-.
Mg Ind + H2Y2- MgY2- + H Ind2- + H+
Merah tidak berwarna Biru
Salah satu jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
penentuan secara titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai
senyawa kompleks, yang mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit
terdisosiasi. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor
elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam
kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk seyawa
kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, da gugus yang terikat pada atom
pusat disebut bilangan koordinasi.
Contoh:
Ag+ + 2 CN Ag(CN)
Dalam kompleks Ag(CN) ini, perak merupakan atom pusat dengan bilangan
koordinasi dua sianida adalah ligannya. Beberapa contoh kompleks yang khas
dapat dilihat pada
tabel :
Ion logam
ligan
Kompleks
Nama kompleks
Bilanagan koordiasi logam
Ag+
Cu2+
Fe3+
Ni2+
Cr3+
NH3
NH3
CN-
CN-
CN-
Ag (NH3)2+
Cu(NH3)42+
Fe(CN)63-
Ni(CN)4
Cr(CN)63-
Diamin Argentat (I)
Tetrami Kuprat (II)
Heksasiano Ferat (III)
Tetra siano nikelat (II)
Heksa Siano Kromat (III)
2
4
6
4
6
Molekul atau ion yang berfungsi sebagai ligan pada umumnya mempunyai atom
elektronegatif seperti nitrogen, oksigen atau halogen. Ligan dalam senyawa
kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan
elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io sianida merupakan
contoh dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks dengan banyak ion
logam.
ü Titrasi dengan ligan polidentat
Ion logam dengan beberapa ligan polidentat dapat membentuk kompleks yang larut
dalam air. Berbeda dengan ligan monodentat yang dapat bereaksi hanya dalam
beberapa tahap, ligan polidentat ini bereaksi hanya dalam satu tahap pada
pembentukan kompleks. Selain itu reaksinya pun sederhana yaitu membentuk
komplek 1:1 telah dikenal berbagai ligan polidentat tetapi yang akan
dibicarakan adalah titrasi ion logam dengan ligan asam etilendiamin tetra asetat
(EDTA)
ü Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva titrasi
· pH Larutan
pada bagian 4 telah dituliskan bahwa harga derajat
disosiasi EDTA, a4, bergantung pada pH laruta seprti pada tabel 10.3 harga a4
pada berbagai pH dihitung berdasarkan rumusan yang telah diuraikan pada bagian
4. dari tabel 10.3 terlihat bahwa semakin besar harga pH maka harga a4 pun
semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar harga pH semakin besar
konsentrasi Y4- dalam larutan.
pH
a4
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
10,0
11,0
12,0
3,7 ´ 10-14
2,5 ´ 10-11
3,6 ´ 10-9
3,5 ´ 10-7
2,2 ´ 105
4,8 ´ 104
5,4 ´ 10-3
0,052
0,35
0,85
0,98
· Harga Kf
Pengaruh harga Kf terhadap pM pada pH 7. sebelum titik ekivalen semua ion logam
mempunyai harga pM yang semua karena semua ion logam mempunyai konsentrasi yang
sama sedangkan harga Kf belum berpengaruh pada saat ini. Ketika titik ekivalen
tercapai, harga Kf mulai berperan mempengaruhi harga pM.
· Indikator ion logam
Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik
Yang membentuk kelat berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa
kriteria yang perlu dijadikan acuan dalam memilih indikator ion logam antara
lain: ikatan zat warna dengan ion logam harus lebih pernah dari pada ikatan ion
logam dengan EDTA dan perubahan warna harus mudah diamati mata.
Kebanyaka indikator ion logam mengandung gugs fungsi azo. Salah satu indikator
ion logam yang paling banyak digunakan adalah eriochrome black T (EBT) yang
mempunyai rumus struktur molekul berikut:
Ø Hasil pengamatan dan perhitungan
a. Standarisasi larutan EDTA
V EDTA(ml)
Perubahan warna
Awal
akhir
36,7 ml
Merah muda
ungu
Ø Perhitungan
Molaritas EDTA
V1. M1 = V2.M2
M2 = V1. M1
V2
= 25 ml x 0,01 M
36,7 mL
= 0,006 M
Konsentrasi Ca
N Ca (mg/L) = A X B X 1000 X Ar Ca
mL sampel
= 36,7 mL x 0,006 M x 40,08 mg/mmol
25 ml
= 0,0367 L X 0,006 mol /L X 40,08 gr/mol
0,025 L
= 0,35 N
Penentuan Nikel Secara Kompleksometri
M EDTA (ml)
Volume EDTA(mL)
V EDTA Perubahan warna
Rata-rata Awal
akhir
0,01 M
3 mL
2 mL
2 + 3 Merah ungu
2 Merah ungu
= 2,5 mL
Biru
Biru
Diketahui : Vsampel = 25 mL
Molaritas EDTA = 0,01 M
VEDTA = 2,5 mL
Be Ni = 29,35 g/ek
Ditanya : Kadar Nikel dalam larutan sampel …?
Penye : Berat Ni = N EDTA x VEDTA x Be Ni
= 0,01 N x 2,5 mL x 29,35 g/ek
= 0,01 ek/L X 0,0025 L X 29,35 gr/ek
= 73,37 gr
Kadar Ni = N EDTA x VEDTA x Be Ni x 100%
mL sampel
= 0,01 N x 2,5 mL x 29,35 g/ek x 100%
25 ml
= 0,01 ek/L X 0,0025 L X 29,35 gr/ek x 100%
25 ml
= 2,935 %
Pembahasan
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks
antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks
yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium
etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation
membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:
M++ + (H2Y)= (MY)= + 2 H+
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+
M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+
M adalah kation (logam) dan (H2Y)= adalah garam dinatrium edetat.
Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation
dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada
larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya
logam hidroksida.
Salah satu jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
penentuan secara titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai
senyawa kompleks, yang mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit
terdisosiasi. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor
elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam
kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk seyawa
kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, da gugus yang terikat pada atom
pusat disebut bilangan koordinasi.
Contoh:
Ag+ + 2 CN Ag(CN)
Dalam kompleks Ag(CN) ini, perak merupakan atom pusat dengan bilangan
koordinasi dua sianida adalah ligannya.
Ligan dalam senyawa kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu
atau lebih pasangan elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io
sianida merupakan contoh dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks
dengan banyak ion logam.
ü Titrasi dengan ligan polidentat
Ion logam dengan beberapa ligan polidentat dapat membentuk kompleks yang larut
dalam air. Berbeda dengan ligan monodentat yang dapat bereaksi hanya dalam
beberapa tahap, ligan polidentat ini bereaksi hanya dalam satu tahap pada
pembentukan kompleks. Selain itu reaksinya pun sederhana yaitu membentuk
komplek 1:1 telah dikenal berbagai ligan polidentat tetapi yang akan dibicarakan
adalah titrasi ion logam dengan ligan asam etilendiamin tetra asetat (EDTA)
ü Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva titrasi
· pH Larutan
pada bagian 4 telah dituliskan bahwa harga derajat
disosiasi EDTA, a4, bergantung pada pH laruta seprti pada tabel 10.3 harga a4
pada berbagai pH dihitung berdasarkan rumusan yang telah diuraikan pada bagian
4. dari tabel 10.3 terlihat bahwa semakin besar harga pH maka harga a4 pun
semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar harga pH semakin besar konsentrasi
Y4- dalam larutan.
· Harga Kf
Pengaruh harga Kf terhadap pM pada pH 7. sebelum titik ekivalen semua ion logam
mempunyai harga pM yang semua karena semua ion logam mempunyai konsentrasi yang
sama sedangkan harga Kf belum berpengaruh pada saat ini. Ketika titik ekivalen
tercapai, harga Kf mulai berperan mempengaruhi harga pM.
· Indikator ion logam
Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik
Yang membentuk kelat berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa
kriteria yang perlu dijadikan acuan dalam memilih indikator ion logam antara
lain: ikatan zat warna dengan ion logam harus lebih pernah dari pada ikatan ion
logam dengan EDTA dan perubahan warna harus mudah diamati mata.
Kebanyakan indikator ion logam mengandung gugs fungsi azo. Salah satu indikator
ion logam yang paling banyak digunakan adalah eriochrome black T (EBT) yang
mempunyai rumus struktur molekul berikut:
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang
dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara
indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara
larutan titer dan ion logam.
Dalam percobaan dalam kompleksometri ini, dimana kita melakukan atau mencoba
standarisasi larutan EDTA dan juga penetapan kadar nikel dalam nikel sulfat ().
Telebih dahulu kita menimbang dengan teliti 0,5 gram CaCO3 yang murni dan telah
dikeringkan sebelumnya pada suhu 100˚C. Setelah mencapai 100 ˚C kita
memindahkan zat padat tadi pada labu takar 1000 ml dengan menggunakan air suling
dan menambahkan setetes demi setetes 1:1 sampai berhenti bergelegak dan larutan
menadi jernih. Mengencer sampai pada batas dan mengocok sampai homogen.
Setelah itu larutan yang kita masukkan kedalam lubu takar tadi kita mengambil
dengan pipet 25 ml dan masukkan ke erlenmeyer, dan tambahkan 2 ml larutan
Buffer dengan pH 10 dan tambahkan 50 mg EBT. Setelah penambahan maka anjurkan
dengan titrasi dengan menggunakan EDTA sampai teradi perubahan warna dari merah
unggu ke biru.setelah itu mengulangi pengeraan yang sama 2 atau 3 kali. Setelah
selesai melakukan pekerjaan maka menghitung molaritas dari EDTA.
Cara yang kedua dalam percobaan ini, dimana pertama-tama kita masukan air
kedalam erlenmeyer dengan berukuran 25 ml, kemudian kita menambahkan 5 ml
larutan NaOH 0,1 M sehingga pH larutan berkisar 12-13 kemudian menambahkan
seujung sendok indikator murexid, setelah menambahkan indikato kita lanjutkan
titrasi pelahan-lahan dengan larutan EDTA yang telah di bakukan hingga warna
indikator berubah dari warna merah ungu menjadi biru..
Dari hasil percobaan diatas maka kita bisa mengetahui konsentrasi dari
masing-masig percobaan tadi.
Kesimpulan
Dari percobaan diatas maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa:
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks
antara kation dengan zat pembentuk kompleks.
Ligan dalam senyawa kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu
atau lebih pasangan elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io
sianida merupakan contoh dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks
dengan banyak ion logam.
Ø Kemungkinan kesalahan.
Kurangnya konsentrasi prakiktkan selama proses
praktikum berlangsung
b. Kurang teliti dalam mencampurkan larutan
c. Kurang teliti dalam membersikan alat praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Team teaching. 2008. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. UNG.
Lukum, P, Astin. 2008. Bahan Ajar Dasar-DasarKimia Analitik. UNG : jurusan
Pendidikan Kimia.
Day, JR dan Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
Svehla, G, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Edisi ke-5. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta